Sunday, December 08, 2013

Salah dan salah dan salah


Saya salah.

Katakanlah saya punya beberapa teman yang saya "persepsikan"  cukup dekat. Bukan dekat di mata, apalagi di bbm, tapi jenis kedekatan ini yah lumayan lah untuk memberikan ruang bagi kami  masing-masing untuk ngomong sembarangan, nangis semaunya, ketawa terkekeh-kekeh, cela-celaan dan lain sebagainya tanpa berperan menjadi orang lain yang bukanlah diri kita.

Dan datanglah satu kabar, tentang satu keputusan besar yang dibuat salah satu teman ini. Kaget, pasti doooong. Respon yang diharapkan adalah saya mengucapkan selamat, jadi sederhana saja saya ucapkan selamat. Lalu?

Kemudian saya sadar : bagaimana mungkin saya masuk di suatu keadaan yang hanya menerima berita tentang rencana yang sudah ditetapkan, but tidak dilibatkan dalam prosesnya?

"You know your problem is, Ken?'
"what ?"
" You always want to fix people, that is your problem".

Saya buang muka. Barangkali kalau ada bak sampah yang besar, saya buang juga muka saya ini kesana dan memungutnya kembali besok.

Lalu saya tercenung. Apa salah saya jadi teman? Apa salah saya sehingga saya tertinggal dalam proses pembuatan keputusannya?


"emang lu temennya? lu aje kaliiii yang ge-er"

Yaiks. Jangan-jangan persepsi saya sahaja bahwa saya ini berteman dengannya. Emang penting banget yah? Penting buat siapaaaa?

" biasa ajaaaa kaliiiii"

ish. Saya bukan hanya mempermasalahkan keputusannya, cara pengambilan keputusannya, waktu penentuannnya, siapa yang sudah ditanya untuk mendukung keputusannya, SWOT analysisnya, bukti-bukti pendukungnya, benchmarkingnya, dan, dan, dan, dan....

Arrrrggggggh.

" emang kemaren-kemaren kemane ajeeee luuu?"