Thursday, April 11, 2013

Sibling rivalry

DSCF2051

Akira dan Andhika usianyahanya terpaut setahun, tepatnya 358 hari. jadi, waktu Akira ulang tahun ke-1, Andhika berusia 7 hari! Kok bisa?  Jangan tanya deh ya, kok mepet sekali jadwal tayangnya. Jangankan saya, anda, dokter kandungan saya yang mendewakan data statistik, mati-matian mengatakan “ tidak mungkin hamil kalau masih menyusui bayi”.

Saya cukup bersyukur mereka didatangkan secara bertahap, tidak sebagai kembar, karena ibu macam saya ini tak punya kesabaran ganda untuk merawat 2 bayi yang nangis bersamaan, atau mau menyusu dalam waktu bersamaan. Saya rasa , saya tidak lulus ujian kesabaran dari Tuhan untuk mengasuh tandem saat Wisnu lahir dan sepupunya dilahirkan 9 hari sebelumnya Winking smile 

Bicara soal kesiapan, sebenarnya Akira pun tidak siap mental menjadi kakak, apalagi dari seorang Andhika yang berkepribadian koleris  aka maunya mengatur dan mengajari.  Malah   Akira sempat merasa  Andhika adalah kakaknya. Dalam banyak kesempatan Akira memperlihatkan sosok yang sensitif, memberikan sentuhan pribadi, memahami. Di sisi lain, Akira menjadi terlihat lebih pencemas, cepat sedih, cepat tersinggung.

Saat Andhika murung dan bersikukuh dengan kemauannya, biasanya Akira mengambilkan minum, memunguti barang-barang yang dilemparkan Andhika . Sampai akhirnya Andhika tenang, Akira masih tetap tenang dan tak menghujat apa yang sudah dilakukan Andhika.

Di saat lain, misalkan waktu menghadapi tantangan baru, Akira ragu untuk mencoba, kadang menangis ketakutan. Andhika biasanya memulai terlebih dahulu, lalu mencontohkan cara yang harus dilalui Akira.  Sesudah itu, Andhika menyakinkan Akira untuk mencoba.

They are special in their own way.

Kalau berdua lagi rukun, makan bareng sambil ngobrol, ketawa terkekeh-kekeh tak peduli siapa di sekitarnya. Kalau lagi bertengkar, Andhika tendang Akira, Akira cubit Andhika, lalu diakhri dengan suara “bak-buk-aaaaaa”

Kalau yang satu dibelikan barang, yang satunya merayu minta dibelikan item yang sama. Meskipun model atau warnanya tidak mau sama, namun minta yang serupa atau semodel.

Kalau yang satu mengadu karena merasa dijahili, yang satunya berlagak menangis untuk membuat kesan dia juga merupakan korban.

Kalau yang satu diberikan pujian, yang satunya lagi menggugat “ aku juga begitu” atau “ Andhika kan ngikutin Akira”.

Adakah ibu yang benar-benar bisa adil terhadap anaknya? Adakah anak-anaknya tahu, meski mereka mendapatkan hal yang berbeda, perlakuan yang berbeda tidak berarti ibunya pilih kasih? Adakah saya bisa akan selalu berusaha mengambil keputusan yang bijaksana?

Adakah saya mampu mencintai mereka , anak-anak saya, dan membuat mereka merasa dicintai sama banyaknya, sepanjang waktu yang diberikan untuk saya?