Saturday, November 17, 2012

The differences in me




  Sebenarnya sudah lama saya dengar-dengar kalau saya sedikit dianggap berbeda. Saya pikir itu hal biasa, atau lebih tepatnya saya merasa semua orang berbeda. Sepertinya saya tidak pernah mengharapkan orang lain menyamakan saya.

Salah siapa kalau saya dari kecil merasa nyaman dengan perbedaan diri saya? Saya adalah anak perempuan satu-satunya sementara kakak saya laki-laki semua. Semasa kecil saya lebih banyak bermain dengan teman laki-laki, sementara anak-anak lain sepantaran saya lebih suka berkerumun sesama jenis.

sambil kuliah saya harus mencari uang untuk biaya hidup ; jadi sementara teman-teman menikmati dunia masuk-keluar diskotik, saya berburu dengan waktu untuk mengejar uang dan menuntaskan kuliah. Sampai menggosipkan teman kos pun saya tak sempat. Teman-teman saya berwakuncar malam minggu, saya sibuk menerjemahkan artikel demi honor sepuluh ribu selembar.

Di masa kerja di suatu institusi sebagai guru kursus, saya sudah gocek-gocekan mengajar di perusahaan-perusahaan. Sementara teman-teman sesama guru berlomba berbanyak kelas dari intitusi tersebut, saya hanya mengajar dari pukul 3 sampai 9 malam. Kenapa? Pagi hari pukul 7 saya sudah "nangkring" di kantor orang untuk privat , pukul 10 sudah di perusahaan lainnya, dan pukul 12 bergegas kembali ke kos dan memasak untuk makan siang,  menyempatkan diri untuk tidur supaya segar mengajar jam 3 sampai 9.

Saat ditawari jadi penyelia, saya putar otak supaya orderan di luar tetap berjalan. Sementara teman sesama penyelia sibuk mengomentari para guru yang tingkah lakunya macam-macam, saya tak punya waktu untuk mendengarkan. Sementara teman-teman lain menabung gajinya supaya bisa beli ini-itu, saya gunakan uang untuk seminar ini-itu sampai-sampai saya dijuluki "seminar freak".

Saat orang bertempur berlomba mendapatkan jabatan, posisi yang sudah saya raih saya tinggalkan demi menjadi ibu dan istri yang mengikuti kemana pun suami pergi. Saya hamil lagi anak ketiga di negeri orang,  sementara orang mengatakan 2 anak saja cukup membuat rumah mereka seperti Tampo Mas. 

Sekarang, katakan saja pada saya kenapa saya harus menyamakan diri dengan orang lain?

Sekarang, apakah anda tahu saya tidak suka diikuti?

Saya bukannya tidak bisa marah. Tapi seringkali saya tidak mengeluarkan marah kareaa saya sedang mentoleransi keanehan orang lain. bahkan kebodohan orang lain.