Friday, June 19, 2009

Tentukan pendirian, nak

Badanmu milikmu sendiri
kau yang harus pegang kendali
sambil dengarkan kata hati
tegaklah berdiri!

Tanganmu adalah karunia
Gunakan dengan sempurna
Kesepuluh jari yang kau punya
bukan untuk semena-mena

jika punya harta atau kuasa
berupayalah lebih keras mendengarkan
jika tak punya harta apalagi kuasa,
berjuanglah untuk berbicara

kemajuan butuh pengaruh dan toleransi
kemandirian diraih melalui kegagalan dan keberanian
jangan takut untuk menegakkan pendirian!
bendera harus dikibarkan dan bukan tanpa perjuangan

Friday, June 05, 2009

Aji dan ultahnya

Tahun-tahun sebelumnya, kalau ditanya mau hadiah apa untuk ulang tahun, biasanya Aji cuman memberi jawaban standar " Apa ya? Gak usah lah" dengan muka lurus. Tahun ini ternyata sedikit berbeda.


Suatu hari, tengah berjalan-jalan di PIM, kami melewati toko mainan. Otomatis anak-anak menghambur masuk ke dalam toko. Walah, cilaka, pikir saya. Tiga anak minta mainan. Ternyata saya salah. Anak-anak malah manut dengan himbauan, " Kita lihat-lihat saja ya, tidak beli mainan kali ini. Kalau ada yang bagus, lain kali kita kembali kesini". Saya bernafas lega, meninggalkan toko itu setelah browsing beberapa saat. Setelah jalan beberapa meter, baru sadar...kemana Aji? Dan ternyata, yang manteng di toko mainan bukanlah anaknya, tapi bapaknya! Saya putar haluan dan kembali ke toko mainan dengan deg-degan, khawatir kali ini anak-anak tidak sanggup lagi manut dengan himbauan saya. Ternyata, mereka cukup cooperative. Namun, apa kata Aji?
" ada pesawat pake remote bagus deh"
" oya?" sahut saya deg-degan sambil memicingkan mata melihat harganya.
" ada robot yang dirakit-rakit juga!" kata Aji tambah semangat
" emang wisnu dah bisa merakit robot?"
Aji tertawa. " Bukan buat Wisnu, ini mah aku yang pengen".

Saya nyengir kuda, tak tahu harus jawab apa. Akhirnya, saya diselamatkan oleh anak saya yang berlari menyeruak keluar toko dan seolah bisa menebak pikiran saya menggamit saya untuk berlarian di lorong mall.




Untuk membeli mainan mah, saya keberatan. Kalau menata kembali kolam ikan mah, boleh! Kemudian sampailah waktunya, kami membeli filter dan pompa air. Last but not least, koleksi ikan koi pun ditambah. Efek dahsyatnya adalah, setiap pagi, Aji nongkrong di depan kolam, kayak gini niy!



Di kesempatan lain , kami jalan-jalan di sekitar SCBD. Tak sengaja pula, melintasi toko sepeda.
" Eh, ada toko sepeda, lihat yuk!" kata Aji dengan mata berbinar.
Saya manut, sambil menebak apa yang akan terjadi di dalam sana.
Aji menelaah beberapa jenis sepeda, dan bahkan bertanya mengenai detil sepeda kepada sang penjaga toko. Saya clingukan sambil membatin, " Mati luh, mahal bener!"
Setelah itu, dimobil, Aji membuka percakapan bahwa di kantornya ada komunitas bersepeda ke kantor, dan bla-bla ..sampai bercerita kawan akrabnya punya sepeda lipat...sampai akhirnya ke kalimat.."Pengen juga ya punya sepeda lipat. Gemana? Kita beli sepeda?". Saya yang tak pernah belajar dari kuda, ternyata punya sertifikasi senyum kuda untuk situasi macam begini.



Di tengah bulan April yang gersang, saya ternyata dapat arisan. Saya sendiri lupa pernah menyatakan ikut arisan, dan walhasil tiba-tiba dapat...adalah berkah. Lalu saya sms Aji.
" aku dapet arisan niiy"
" Alhamdulilah....berapa?"
" ada dehhh"
" wah, lumayan nih kayaknya. Jadi beli sepeda dong kita?"
sebagai pengganti nyengir kuda, saya kirim iconnya : sama, nyengir kuda.



Sesudah itu, saya berburu info mengenai sepeda lipat, sepeda second, lelang. Aih, ternyata sepeda lipat itu MAHAL. Bukan tak cinta, atau tak sayang, akhirnya saya berhasil merayu teman saya untuk menjual sepedanya kepada saya. Skenarionya, sepeda itu akan dicat dulu, sebelum diberikan. Ternyata rencana tidak berjalan dengan baik, pada hari H nya, sepeda belum siap. Beberapa hari setelah itu, barulah sepeda itu digotong ke rumah oleh kedua teman baik.




Saya tiba di rumah lebih dulu. Ikan koi pilihan kawan Ijal, sang ahli koi, sudah dicemplung ke kolam. Rencana awal untuk menonton bioskop, dibatalkan. Sepeda itu saya tutupi kain, dan begitu Aji sampai di rumah, anak-anak menggandeng Aji ke garasi sementara Aji menutup matanya. Voila. Aih, anda harusnya melihat reaksinya, wajahnya dan matanya yang berbinar. Sampai-sampai senja itu Aji mau mencoba menaiki sepedanya. Pagi-pagi keesokan harinya, Aji sudah bangun dan mengkutak-katik sepedanya. Setelah itu, kita ke ace hardware membeli helm. Dan terbitlah keingan untuk menambah asesioris sepeda yang lain-lain. Lucu juga, seperti istilah anak sekarang : MKKB.

Setelah itu, suatu pagi di hari minggu, saya yang berniat naik sepeda untuk ke warung, mendengar teriakan " Sepeda aji siapa yang pakai? Kok nggak ada". Kontan, saya masuk lagi ke dalam sembari menuntun sepeda dan pasang cengiran kuda (lagi) yang dibalas dengan sapaan Aji , " Loh.....ibu tokh?".

Euleuh....saya jadinya aja nyengir kuda lagi.