Thursday, April 26, 2007

Late Bloomer--semoga


Seperti kebanyakan orang tua, kami pasti menganggap anaknya lebih jagoan dibanding anak lain.Punya bakat khusus dibanding anak lain. Welehhh...

Jadi cerita lalu mengenai Akira yang didiagnosa terlambat bicara, kami masih belum bisa menerima. Meskipun, seorang psikolog yang ditemani dokter anak yang mendiagnosanya. Tambeng? Ah, ibu dari dulu emang suka keluar tabiat tambengnya.

Seperti dalam sebuah cerita kanak-kanak " Leo, the late bloomer", Ibu percaya Akira akan bisa mengejar ketinggalannya. Karena kalau ibu terlalu pushy, Akira pun ngambek dan tidak mau mencoba lebih keras.

Sekitar beberapa hari yang lalu, Akira rebutan mainan dengan Alexa, sepupunya. Tipe hubungan mereka memang unik : Alexa sering sewot tanpa sebab dengan Akira, sedangkan Akira kelihatannya malah seolah-olah 'sengaja' membuat Alexa sewot. Mungkin dalam pikiran Akira "gue kagak ngapa-ngapain aja, die bawaannya sewot. Sekalian aja dah gue bikin sewot!". Nah, saat itu, Akira dijahili Alexa: badannya didorong, dicubiti dan dibentak "Apa sih Akira? Nakal!". Awalnya Akira menangis dan menjatuhkan diri ke lantai. Tapi kemudian dia bangkit dengan wajah bersungut-sungut, mengambil penghapus pensil yang sedang dipegang Alexa dan ngeloyor pergi sambil berkata "Nakang" (nakal--red). Alexa lari mengejar Akira dan mencengkeram leher Akira dengan lengannya. Walah.......Kebayang gak tuh adegan smack down?

Kalau therapis bicara Akira mengclaim Akira belum bicara spontan; sekarang ibu bisa senyum-senyum (tak percaya) menanggapinya sambil bergumam dalam hati "ah, lu kagak tau aje anak gue". Kenapa? Soalnya Akira sering memanggil Andhika dengan jelas "ade...an-di-ka" dengan spontan, tanpa kami suruh. Lalu tidak hanya memanggil, Akira senangnya mengelus-elus kepala Andhika, dan kalau Andhika sedang menangis, maka Akira dengan sigap menepuk-nepuk pantat Andhika.

Hobi Akira adalah ngemil. Sesudah makan nasi, biasanya hobinya menyambangi meja makan (mencaplok tempe goreng kesukaannya) atau menarik kursi dan menaikinya untuk melihat cemilan yang kami simpan di atas kulkas; atau memanjat rak untuk menjangkau atas microwave tempat kami mennyimpan makanan kecil. Kalau dia kesulitan, dia akan berteriak " mau, mau.mau". Kalau tak ada yang mendengar,langsung deh Akira menjatuhkan diri ke lantai, dengan mata terpejam dan mengemut jari telunjuk dan jari tengah sampai ada orang yang memperhatikan.

Kemarin sore, Akira memegang botol susunya. Kelihatannya dia bukan mau minum susu, tapi main-main dengan botol. Dia putar dotnya dan tumpahlah susu, berbarengan dengan itu Akira berujar "yahh..tumpah". Apa itu bukan spontan namanya?

Sebelum ke kantor, ibu biasanya memandikan paling tidak salah seorang dari Wisnu-Akira atau Andika. Nah, kalau masuk kamar mandi, Akira mengekor dari belakang sambil berusaha membuka celananya sendiri dan bersiap mandi. Acara mandi sangat menyenangkan untuk seorang Akira karena dia bersenandung lagu-lagu Tasya (walaupun kata-kata yang disebutnya tidak jelas) dengan irama yang sangat mirip dengan lagu asli. Nah sesudah mandi, biasanya pada saat ibu membuang air di bak mandinya, Akira dengan sigap membantu memegang bak mandinya sambil teriak "satu-dua-tiga...horeee". Dan saat airnya sudah habis dengan riangnya dia berseru "Dahhhhh...".

Memang Akira belum bisa membuat 1 kalimat yang terdiri dari 2 kata,(misalkan: Akira sakit), tapi kalimat elips sudah cukup komunikatif, bukan? (* dasar guru bahasa*)

Saturday, April 14, 2007

Pillow Whisper

Adegan 1
Klik. (suara handle pintu). Pintu terbuka sedikit, Aji masuk menyelinap.
"Ssst.." telunjuk Ibu menutupi mulut , "Akira belum tidur".
"ooh.." Lalu Aji berbaring di kasur bawah.
Hening. Begitu Ibu tersadar, ayam sudah berbunyi. Lho. Sudah pagi!


Adegan 2
" Dah tidur?" bisik Aji, sambil memicingkan mata yang tanpa kacamata, melihat ke Andhika dan Akira.
"Dah, kayaknya", kata ibu karena tendangan dua anak itu sudah terhenti.
Baru saja kami beradu pandang. Brak! (pintu dibuka tiba-tiba).
" Ibu, Wisnu mau sikat gigi sama Ibu, gak mau sama mbak Ipah". teriak Wisnu diambang pintu.
Ibu beringsut turun dari tempat tidur. Aji pindah posisi, mendekap Akira. Dan akhirnya, ketiduran dalam posisi yang sama, sampai pagi.


Adegan 3
Jam 8.30. Anak-anak sudah tidur.
" Let's go baby..." kata Aji centil
" Wahh.. I'm having my period" .
"hayahh...cilaka...." desah Aji, sambil membenamkan wajahnya ke bantal.

Tuesday, April 10, 2007

Sekarang: ogah difoto


Kadang kalo lagi iseng, ibu senengnya motretin anak-anak dalam berbagai gaya. Kalo pas bagus, ya dipamerin hasilnya di blog hehehe.. (narsis juga ye?), kalo ngawur ya thanks to digital world tinggal didelete ajah. Jaman baheula mah manyun karena film kebuang percuma.

Yang bikin penasaran buat difoto sekarang adalah Wisnu. Pokoke kalo camera udah mengarah ke dia, ogah pisan dia bergaya. Mendadak mati gaya. Padahal pengen banget mengabadikan dia : berantem sama Akira, mengelus kepala Andhika dengan sayang, bergaya dengan riasan face painting karyanya sendiri, de-el-el.

Kesenangannya Wisnu pakai celana komprang dan topi plus sepatu boot juga luput dari target foto ibu. Padahal udah pake acara lari-lari, ngebujuk Wisnu , eh dia semakin sembunyi. Makin dirayu, makin merajuk .




Jadi? taktik jitu teryata adalah...biarkan saja kamera stand by tanpa berkata apa-apa..sampai akkhirnya Wisnu mengintip dan..kena dehhh wajahnya difoto. Meskipun, sesudah itu dia kabur ngambek karena kecolongan difoto. Halahhh 'nu...kalo cewek ngejar-ngejar kamu begimana ntar....?

Sunday, April 08, 2007

Akira : Delayed Speech or Visual Spatial Intelligent?

After Akira's three-month therapy, I started to have more questions on Akira's developmental progress. If any psychologist or doctor could tell so much about my son based on a 30-minute observation in a full-mirror room with some toys, should not I feel know him better as I spend more time with him?

Everytime the therapist opens the door of the theraphy room, I just can not wait to find out how things will work out, for how long and what more I can do of helping my son to keep up with other kids who are considered mastering the age-appropriate development.

I am not a doctor nor a psychologist. What do I have to prove that my son is also normal? Just because he does not posses 50 words in his repertoire he is diagnosed to have speech delay... Just because he fails to point his body part when we ask him, does it make him less capable?

From here, we found:
A delay in speech development may be a symptom of many disorders, including mental retardation, hearing loss, an expressive language disorder, psychosocial deprivation, autism, elective mutism, receptive aphasia and cerebral palsy. Speech delay may be secondary to maturation delay or bilingualism.

Wait, wait, it means there are three possibilities now :expressive language disorder, maturation delay or bilingualism.

Children with an expressive language disorder (developmental expressive aphasia) fail to develop the use of speech at the usual age. These children have normal intelligence, normal hearing, good emotional relationships and normal articulation skills. The primary deficit appears to be a brain dysfunction that results in an inability to translate ideas into speech. Comprehension of speech is appropriate to the age of the child. These children may use gestures to supplement their limited verbal expression.

They say it's difficult, if not impossible to tell whether a child has expressive language disorder or maturity delay. What is quite relieving is the following statement:

Maturation delay, however, is a much more common cause of speech delay than is expressive language disorder, which accounts for only a small percentage of cases. A child with expressive language disorder is at risk for language-based learning disabilities (dyslexia). Because this disorder is not self- correcting, active intervention is necessary.


I think this is why my the psychologist insisted on putting my son to speech theraphy. Eventhough the speech therapist is a such a nice and helpful person, somehow I don't feel Akira gets the best treament when the diagnosis is not thoroughly conducted. Not that I do not confide in them, but something is telling me that I need some other opinions about Akira.

If he belongs to Maturation delay, I'll just probably sit down and relax.

Maturation delay (developmental language delay) accounts for a considerable percentage of late talkers. In this condition, a delay occurs in the maturation of the central neurologic process required to produce speech. The condition is more common in boys, and a family history of "late bloomers" is often present. The prognosis for these children is excellent, however; they usually have normal speech development by the age of school entry.


Aren't boys notorious to acquire language later? Did not I hear testimonials of mothers whose sons do not speak until the age of three? Did not I believe that the latebloomers do exist but can catch up in time when they are ready?But then what if he does not have the maturation delay, but something else? Perhaps ... being bilingual unintentionally?

A bilingual home environment

may cause a temporary delay in the onset of both languages. The bilingual child's comprehension of the two languages is normal for a child of the same age, however, and the child usually becomes proficient in both languages before the age of five years.

I wonder if a biligual onset that Akira has been going through? Looking back to the time we stayed in Japan while Sandy and I speak Bahasa Indonesia around the house but at the same time to the non-Indonesians we speak English and broken Japanese.... could this be one of the causes?

Until I found a book written by an Indonesian mom living in Netherlands,which explains another phenomenon: hoogbegaafd (in dutch) ,GIFTED-DYSINCHRONY who have speech delay but are excellent in their visual spatial intelligence, I think I need to search for more...

Personally I don't know how Akira is. Though I hate to think about which group of kids he belongs to, but I feel that I have to find valid judgement from reliable and competent expert. What if he does not fall to any category? Does it make him less normal or a less achiever? Does it even have a name ?

Anyone knows any child psychologist or othopedagog who is updated with this phenomenon we can consult with?



Friday, April 06, 2007

Sesumbar Andhika


Nasiiib jadi anak bontot, suka kelupaan difoto. Udah punya skills baru aja, gak terlalu terperhatikan. Coba dulu, bli Wisnu...hu, baru bisa megang bola difoto, baru bisa nungging difoto, sedangkan aku..udah lama niiih gak masuk blognya ibu.




Kemana aja sih aku ya? Sibuk berlatih berdiri-jongkok. Hueh, udah kayak mau masuk AKABRI aja latihannya, sampai keringetan, sampai nangis karena gak tau gemana dan kapan kudu berhenti. Kepalaku udah lebam-lebam benjol karena kepentok lantai atau sisi tempat tidur ibu selama latihan keseimbangan. Maklum, rem belom pakem.


Seperti bli Wisnu dulu kecilnya, aku paling sering jatuh dari tempat tidur ibu lho! Pernah saking kerasnya jidatku mendarat di lantai, hoo..benjol bow sebesar telor!!! Selama masih ada Trombop salep, mah hayuu ajahh.




Gigiku sudah tumbuh juga, dua di atas dan dua di bawah. Huehh...gemes deh makanya aku suka gigitin pundaknya ibu atau Mbak Sri, pengasuhku, kalo pas lagi digendong. Abis, teether kan keras banget, kalo pundak orang ada empuk-empuknya dan ada suara efeknya "OW" , nahh itu yang bikin seru!




Aku kurang semangat kalau makan makanan yang lembek, jadi nasi tim lebih menantang untuk dikunyah dan jangan kasih aku juice yang cair deh ah, enakan buahnya diparut aja...jadi aku bisa latihan n mengasah gigi . NYAM!







Badanku kekar, perutku besar, pundakku lebar. Tapiii..mataku petet kata ibu (petet=sipit), mungkin waktu ibu mengandungku keseringan mengagumi kesipitan orang jepun kata Aji. Aku sudah tidak sabar ingin segera bisa berjalan, kawan!!



Monday, April 02, 2007

Uang Bujang


Suatu siang, seorang teman berseloroh sambil garuk-garuk kepala
"Hari ini aku bener-bener apes.."
"Kenapa ? " sahut saya heran melihat air muka kawan ini yang tak biasa.
"Karena aku bangun kesiangan, mobilku yang dibawa sama istriku."
" lah terus? kau masih bisa naik mobil istrimu kan ke kantor?"
" Bukan itu masalahnya. Begitu istriku bawa mobilku, di tengah jalan mogok"
" wah kasian banget istrimu"
" yeee... denger dulu, begitu mogok, dia tinggal di jalan dan dia telpon derek mobil untuk dibawa ke bengkel tanpa sepengetahuanku"
" emang kenapa musti minta ijinmu?"
" itu mobil di betulin di bengkel, sesudah beres baru aku di telepon bahwa mobilnya akan di anter ke sini. Aku baru tahu barusan, bahwa itu mobil baru dari bengkel."
" tunggu dulu deh, aku gak ngerti kenapa apesnya. Itu mobil mogok, dibenerin di bengkel, sekarang udah bener, dianterin ke sini, Apa apesnya dirimu?"
" Masalahnya di celah dekat karburator mobilku itu , aku selipin duit bujangku, uang bonus yang gak aku setorin ke istriku"
" uuu!! dodol lu ah! sukurin! Biar rasa tuh duit ilang!!"
Dan jadilah temanku itu bahan sumpah serapahku dan kawan wanita penghuni kantor kami. Bagus gak gue pukulin tuh!

Duit bujang, buat beberapa suami masihlah perlu, bahkan merupakan hak yang tak bisa dikutak-kutik. Meskipun ada yang terang-terangan bilang keberadaan uang bujang ini kepada sang istri, ada juga yang ngumpet-ngumpet macam si temen saya yang hampir dipukulin para cewek di kantor karena pengakuannya menyembunyikan uang bonus di dekat radiator mobilnya.

Ada satu kawan lagi mengungkapkan pengalamannya:
" Kalau saya, uang gaji memang tidak semua saya berikan kepada istri".
" Kok gitu sih?" jawab saya sengit, merasa tidak dipercaya (padahal saya bukan istrinya)
" Ya, gemana, kalo saya kasih semua, gawat urusannya, bisa habis!"
" Terus, kalo disimpan buat apa?
" Ya, kalo tiba-tiba anak sakit, atau ada kebutuhan mendadak, kan saya masih pegang
uang"
" sejauh ini, sering gak uang simpanan itu digunakan?"
" Ya... relatif lah" sambil senyum-senyum penuh rahasia
" Terus, kepake juga gak sama bapak sendiri?"
" hehe..heh, ya suka juga"
" tuh kan. curang ah! buat apa? hayo ngaku!"
Kawan saya itu cuma tertawa terbahak-bahak. Entah menertawakan kesewotan saya atau mengakui indikasinya berbuat curang.

Sementara saya dan suami, saking kompaknya suka bareng-bareng boros dan berakhir dengan keadaan sama-sama bokek. Cilaka... Akhirnya malah saya jadi mikir... perlu juga kali ya saya punya uang bujang. Bukan untuk mengelabui suami, tapi itu lhooo...menyisihkan sebagian uang untuk jaga-jaga. For the rainy days.

Menurut pengakuan teman saya sih, suaminya biasa tertib menyimpan uang cadangan. Hebatnya, uang cadangan ini bisa cukup untuk mengongkosi teman saya ini pulang ke tanah air. Wah..kalo dengan uang cadangan saya bisa jalan-jalan ke Jepang... kan lumayan juga , bukan???
Kalo gitu, pada kencan saya berikutnya dengan suami , akan saya ajukan ah, proposal uang bujang ini.


picture: www.academicaffairs.ucsd.edu