Tuesday, January 31, 2006

Maafkan dia, Pahamilah dia

Untuk para orang tua yang sudah melewati masa 'the terrible two' untuk anak-anaknya, kami angkat dua jempol deh...

Kenapa? Istilah ibu dalam menghadapi Wisnu yang kalo meminjam istilah nini "keur memejeuhna" (terjemahan bebas: lagi sedeng-sedengnya--gak pake e pepet ya!), kayaknya orang tua yang punya anak umur 2 tahun --terutama ibunya-- kudu puasa senin kamis tanpa putus. Kenapa sih? yahh..supaya tambah sabar, eling , dan tetap waras. Kalo nurutin emosi mah bisa abis tuh anak kena gaplok atau caci maki yang nantinya akan disesali.

Kalo malam, sambil menidurkan anak-anak, ibu dan aji biasanya sharing dan diskusi mencari kata sepakat untuk menghadapi Wisnu, ternyata aji juga mengakui bahwa sesekali terlintas juga keinginan untuk memukul Wisnu. Namun untungnya aji bisa menarik nafas dan berusaha sabar.

Aduuhh..minggu ini rasanya minggu yang berduri.

'Duri' pertama : Akira ketularan flu, jadi tidak mau makan bubur--hanya mau minum susu, itu pun pakai acara muntah sesudahnya karena lendirnya bikin gatal tenggorokan. Judulnya pun Akira lagi rewel, sedikit-sedikit menangis. Tambahan lagi Akira sedang belajar merangkak, dan karena belum mahir bermanuver, kalo jatuh karena terguling saat mengangkat badan atau kelelahan merangkak atau badannya stuck--tidak bisa maju/mundur, menangis keraslah dia.

'Duri' lainnya :Aji pun sedang blingsatan dikejar paper, home-assignment, dan ujian. Tambahan lagi batas penyerahan thesis tgl 14 Februari, jadi masih harus ketak-ketik sampai tengah malam. Apalagi Aji kalo urusannya pake begadang, beberapa hari sesudahnya pasti ambruk kena flu berat. Dan selain itu, kalo Aji sedang belajar siang malam Ibu kehilangan asisten (he..he..biasanya kan Aji yang ngasih susu Akira atau membasuh Akira setelah pup) dan Wisnu pun harus libur bercanda dan bergulat dengan Ajinya. Hal yang terakhir inilah yang menambah tingkah Wisnu main aneh-aneh, karena nampaknya Wisnu menganggap cara untuk menarik perhatian Aji yang sedang 'bertapa' adalah dengan melakukan sesuatu yang mengejutkan.

Kembali ke soal Wisnu, anak kami sayang. Kalo pagi, biasanya Wisnulah yang bangun terlebih dahulu. Biasanya begitu bangun, kata sambutannya adalah, "ibu, wisnu minum cucu". Nah, sambil ibu buat susu, Wisnu menghampiri meja makan dannn...makanan yang tergeletak di situ pasti langsung disambar. Kadang coklat cemilan aji, nasi sisa maturan, kerupuk. yahh.. kalo semua itu tidak sempat disembunyikan, alamat jadi menu sarapan Wisnu. Dan walau ibu sudah siapkan sarapan sehat, pasti ditepis oleh Wisnu yang sudah sanggup bilang ' no' dengan nada tegas plus gelengan yang meyakinkan. No means no for Wisnu.

Kadang acara makan jadi ajang pergulatan. Coba aja gemana ibu gak senewen kalo Wisnu menampik nasi atau roti dan keukeuh cuma pengen makan yogurt. Urusannya kan bakal mencret, karena kalau sudah makan yogurt Wisnu tidak mau berhenti. Meskipun ibu dan aji berkali-kali mengatakan sehari cukup 2 cup yogurt, Wisnu tidak kalah akal, dia akan membuka kulkas dan melemparkan isinya yang menghalanginya untuk mengambil yogurt. Nahh... ini dia yang bikin darah ibu naik sampai ke alis, karena kalo yang dilempar hanya sayuran sih masih bisa dipungut, tapi kalo tahu, konyaku, atau bahan mentah lain yang berair berarti lantai dapur akan kotor dan berbau. Aduuhhhh....

Belum lagi kalo ibu tengah tergesa-gesa mencuci piring setelah memasak karena harus segera menyuapi Akira yang sudah menangis meraung-raung karena lapar. Dengan cekatan, Wisnu mengambil keranjang plastik yang biasa dijadikan pijakan untuk berdiri di depan washtafel untuk menyikat gigi dan... ikutan 'cuci piring'. Cara Wisnu cuci piring? merebut mangkok yang tengah ibu bilas dengan air lalu diisi air keran, diaduk-aduk dengan sendok dan diminumnya. Hayahhh..air cucian kotor diminumnya, gemana ibu nggak histeria jadinya?

Hal lain lagi, kalo Wisnu tiba-tiba mempunyai niat untuk 'memasak'. Apa yang akan dilakukannya? Dibukanya lemari dapur, dikeluarkanlah mangkuk, piring, gelas, sendok. Lalu? Dibukanya kulkas dan dicari benda ynag menarik untuk bermain. Sebut saja edamame (kacang kedelai) beku yang sebenarnya tinggal direbus untuk cemilan ibu kalo lapar, direnggut dari kulkas dan dituang semua ke dalam mangkuk, diaduk-aduk dengan sendok, dituang ke gelas, diaduk-aduk lagi, dituang ke piring, diaduk-aduk lagi dan masih belum puas juga Wisnu kembali ke lemari dapur dan mencari panci untuk tempat edamame tadi. Setelah itu dituanglah edamame ke dalam panci, lalu dituang lagi ke dalam mangkuk. Apa yang terjadi? Berhamburanlah edamame itu ke lantai dan dengan rasa takjub campur senang, semua edamame yang ada di panci disebarnya di lantai. Wuahhhh.... bunyi panci jatuh berbarengan dengan hamburan edamame sungguh bukan suatu hal yang ibu atau aji nanti-nantikan!!!

Kalau Wisnu sudah mulai bosan, dia akan lari ke dalam kamar, dan menutup pintu. Lho? Kok tidak ada suara? Tidurkah Wisnu? Ibu buka pintu kamar, ternyata... Wisnu tengah membuka celana dan pampersnya dan wajahnya tegang karena kepergok tengah memegang-megang penisnya. Ibu otomatis akan berkata, " Wisnu, pakai kembali pampersnya. Kenapa dilepas?" . Wisnu menjawab , "mau pipis'. Lah.. " ayo, kalau mau pipis dimana?" jawabannya wisnu "toilet' sambil lari kegirangan menuju toilet, ehhh..jangan salah di toilet Wisnu mah belum bisa pipis beneran, yang ada dia pura-pura pipis-- berdiri di depan kloset dengan posisi pura-pura pipis-- dan sesudah itu berkata dengan riang 'wisnu flush'. Itu dia; kegemaran Wisnu adalah memencet tombol flush toilet. Kadang ibu/aji menuju toilet, Wisnu sudah lari mengikuti dari belakang sambil teriak "wisnu flush, wisnu flush". Yak ampun.

Nah urusan buka-bukaan ini bisa berulang puluhan kali, ditambah adegan pipis sembarangan karena Wisnu belum bisa menahan pipis sebelum berhasil berkata ; 'ibu, wisnu mau pipis'. Yang ada, Wisnu memanggil ibu/aji karena pipisnya sudah mengalir di lantai. Dan parahnya lagi, karena mungkin takut dimarahi, kalo Wisnu pipis di lantai, dia tidak lagi memanggil ibu/aji tapi malah asyik cipak cipuk dengan air seninya. Uahhhh... bau pesing kemana-mana!! Mana Akira sekarang sudah mulai merangkak, jadi lantai kan harus super bersih!

Gemana dong? Pake celana dan pampers tidak mau, tapi belum bisa mengantisipasi rasa ingin pipis. memang sih, dalam proses toilet training akan selalu ada cerita 'pipis sembarangan'. tapi kalo judulnya ibu harus ngepel pipis berkali-kali dalam sehari, alamat ibu tidak bisa mengerjakan yang lain yang berarti tidak bisa masak, mengurusi Akira dari A sampai Z, beres-beres rumah. ahhh...

Sesudah Wisnu mengantuk, makin menjadi-jadilah rewelnya. Menangis tanpa sebab, meraung-raung dan melempar-lempar barang. Tapi kalo sudah begitu, sebenarnya hati ibu jadi tambah kesal, sama-sama capek lahir dan batin deh kayaknya. Daripada tambah kesal, ibu pergi ke ruangan lain dan berusaha menyibukkan diri. Ehh.. salah juga ternyata, Wisnu makin keras tangisnya dan membuka kedua lengannya minta dipeluk. Sekeras-kerasnya karang, ternyata hati bisa mencair juga. Ibu berlutut, dan Wisnu langsung jatuh ke pelukan ibu dengan tangis lemah. Sesudah itu, biasanya Wisnu mengemut ibu jari kirinyanya, tangan kanannya meraih jari-jari ibu dengan erat, kemudian memejamkan mata dan dalam beberapa saat saja tertidur. Oalah 'le....

Saat Wisnu tertidur, semua ulahnya seolah tak berbekas. Cuma ada wajah polos kanak-kanak penuh airmata dan tangannya menggenggam erat tangan ibu. Ibu mana yang masih marah dalam keadaan begini?

Setelah dibaringkan di tempat tidur, yang terbayang pun bukan yang jelek-jelek. Tapi wajah Wisnu dan mata jenakanya serta semua tingkahnya yang menjadi hiburan sehari-hari , misalkan: sambil bermain dengan kamera disposable dan berseru 'ibu, cheese' atau tawa riangnya saat bermain peek-a-boo dengan Akira sementara ibu memasak.

Setelah membereskan sisa-sisa pertarungan urat syaraf dengan Wisnu, ibu membuka buku " Anak dibawah tiga tahun". Ibu telusuri bab tentang apa yang terjadi di usia 27-30 bulan. Hmmm...semua tingkah Wisnu ada disitu dari soal menentang peraturan, berbugil ria, mengatakan 'tidak' untuk semua hal. Tapi yang sungguh menyentuh, adalah di suatu kalimat:

Masa ini pun sulit bagi anak usia ini, jadi maafkanlah dia, pahamilah dia.

Duh...... jadi apa mau dikata????

Friday, January 27, 2006

In my seventh month

Hello there... I'm seven months now! I start to crawl and push my bottom up.

Though it's not easy as the floor or tatami is slippery for me. moreover, bli wisnu's toys are scattered all over the house and it's difficult for me to move
but I'll keep on trying....

Pertemuan PPI (persatuan pelajar indonesia) Yokohama

Hari Minggu tanggal 22 Januari, keluarga kami kebagian giliran menyediakan tempat untuk pertemuan PPI Yokohama.

Hal yang istimewa dari pertemuan ini adalah: Pertama, hari tersebut merupakan hari kedua (tumben-tumbennya) Yokohama diselimuti salju. Yang norak bukan kita aja lho...!! Penduduk Yokohama yang lain pun terkaget-kaget, walaupun sudah diberitakan di ramalan cuaca bakal turun salju. Masalahnya sebelumnya kan juga udah pernah diramal bakal turun salju, tapi ternyata tuh salju entah mendarat dimana. Nah urusan norak ngerasain salju ini terlihat di jalan-jalan; anak-anak kecil timpuk-timpukan salju, ada juga yang sambil jalan membuka lebar mulutnya untuk mencicipi rasa salju.

Ternyata hari bersalju bukan merupakan pantangan bagi para anggota PPI Yokohama untuk berkumpul. Apalagi keluarga uni Hasni baru saja tiba di Jepang: suaminya, dan dua anaknya (Nissa dan Daffa). Dan kejutan pula buat kami semua (asli), karena uni Hasni datang membawa setimbunan makanan Indonesia untuk dijual. Sebut saja : bumbu Indofood, terasi, abon ikan, wedang jahe, indomie, dlsb (duuhhh..kita pikir tadinya mau dibagiin gratis ke kita loh sebagai oleh-oleh, 'ni !!! hik..hik..ternyata disuruh
bayar tokh???). Kontan dehh kita pada ngeborong. Ya, daripada kudu pergi ke Bandobashi atau Ueno, udah ajah sama supplier PPI yang satu ini.

Hal ketiga yang teristimewa adalah mungkin ini pertemuan terakhir yang akan dihadiri keluarga Sanjaya, sebelum kami pulang ke Indonesia akhir maret nanti. Jadi..ya wajar kalo kamilah yang ketempatan acara ini. Sekalian juga para anggota PPI ngelirik atau menginventarisir barang-barang yang kira-kira akan kami hibahkan. Liat aja, dalam beberapa menit udah ada pembicaraan , "TV nya buat aku ya", atau "aku nge-tek microwave dan water pot yah", atau " kompor gasnya waktu itu beli atau disediakan pemilik apato? ohhh..beli ya? Kalo mau dilepas, aku mau dehh..". Lucu deh jadinya.

Biasanya pertemuan PPI Yokohama diadakan 2 bulan sekali, tapi kelihatannya pertemuan berikutnya bakal diundur sampai bulan April karena...sang ketua PPI kita ini akan melangsungkan pernikahan di Indonesia pada bulan Maret. Cihuiii!!! Dan rencananya sang istri akan diboyong ke Yokohama sekitar bulan April. Jadi, pertemuan berikut, yaitu pada bulan April akan sangat istimewa karena pak ketua akan sudah punya ibu ketua. Tambahan lagi sekitar bulan April ini bunga sakura biasanya akan mekar dan hanya dalam waktu dua minggu akan rontok. Jadi rencananya,para anggota PPI Yokohama akan piknik makan siang sambil menikmati keindahan sakura (kalau di jepang, piknik macam begini dinamakan Hanami). Yaaa...sayang sekali kami cuma bakal kebagian ceritanya nanti yah!!

Tapi gak apa2 koq, ibu senang para anggota PPI Yokohama sempat menyicipi masakan ibu (psst..mereka sempat mengira ibu tidak bisa masak, karena setiap pertemuan PPI ibu datang dengan tangan dan perut kosong alias gak ikutan bawa-bawa makanan seperti yang lain). Nah apalagi ketika mereka makan bubur menado, ikan sambal dabo-dabo, dan puding sarikaya andalan ibu, pertanyaan yang muncul adalah : Lho mbak kenny ini asalnya dari menado? kok pinter masak makanan menado? Yahh..jawaban ibu adalah ,"aku mah menado digebukin!!". Uni Hasni pun sempat bertanya, "puding sarikaya ini kan dari padang asalnya, kok bisa bikin sih? aku mau dong resepnya". Pstt..padahal semua itu ibu masak karena paliiiing guampang dan sederhana plus murah bahan-bahannya!!!

Yang lucu lagi, mbak Yulia, yang pertama kalinya nongol di acara ini.
" Ini bubur menado, memang seperti ini di Menado? pake bayam, jagung dan labu kuning gitu?"
" Iya"
" oh begitu ya? saya belum pernah makan masakan menado. Terus makannya seperti ini?'
" Gemana maksudnya?"
" Makannya pakai tangan , gitu?"
" ya...soalnya kalo pake kaki, susah mbak!"
Dasar ibu emang suka iseng yah! Jawab sekenanya... ya..becanda lah namanya, biar cepat akrab.

Dan pertemuan PPI kali ini juga pertemuan tersingkat. Mereka baru datang jam 2 dan bubar jam 4. Biasanya mahhh....dari jam 12 sampai jam 5.30. yahh..mungkin karena rumah kami ada dua orang krucil (Wisnu dan Akira) jadi para tamu tidak enak berlama-lama.

Yahh...mata kite kudasai!!!!

Thursday, January 26, 2006

Wisnu Cukur (lagi)

Terakhir kali Wisnu cukur rambut, yaitu bulan Agustus, bertepatan dengan pertama kalinya Akira cukur rambut. Setelah itu, karena musim gugur dan musim dingin kelihatannya terlalu dingin untuk berkelimis, rambut Wisnu dibiarkan tumbuh. Tapi makin lama, kok makin sering Wisnu garuk-garuk kepala dan aduhhh...mukanya jadi agak lusuh gitu sih kalo gondrong?

Beberapa hari sebelumnya Aji sudah duluan potong rambut. Wisnu diajak potong rambut juga, tapi dia teriak dengan lantang, "nggak". Wahh..kita tunggu saat tepat aja deh-- pas ibu sempat megangin Wisnu dan mood-nya Wisnu lagi bagus.

Nah. Tibalah hari itu, hari Jumat cerah, wisnu baru bangun tidur. Sambil menonton Tv, ibu sudah mulai membujuk Wisnu untuk mau dipotong rambutnya. Tentu saja semula Wisnu menolak tanpa alasan....tapi namanya juga ibu, keukeuh bin pantang mundur dah ngebujuk. Aji malah punya taktik jitu merayu Wisnu dengan berkata, " enak deh, 'nu ... segar dan tidak gatal kepalanya kalo dipotong rambutnya". Jadi ibu tinggal menambahi, " iya, 'nu... tidak sakit kok, sambil ibu pangku yah?". Setelah ibu dan aji untuk beberapa menit bersimulasi dengan menirukan suara pisau cukur, dan meletakkan pisau cukur di atas kepala Wisnu, akhirnya Wisnu berceletuk, "sama bee" (maksudnya: bunyi pisau cukur sama dengan suara bee--lebah). AHA!

Jadi mulailah aji berkarya.Sambil manyun-manyun dikit saking seriusnya motong rambut sang putra makhkota (kalo istilah kakiang: Pemimpin Masa Depan)
takut-takut pitak seperti edisi terdahulu. Ahh...tapi aji memang barber yang handal!!!

Lihat saja, hasil cukurannya! Rapi kan? Anaknya pun tersenyum bangga (sampai mekar-mekar hidungnya karena kegeeran) dengan penampilan barunya. Dan betapa senangnya Wisnu sesudah potong rambut, giliran mandi dan berendam di ofuro... sambil main kecipak-kecipuk bersama bebek, hippo dan bis mainan kesayangannya.

Yahhh... asyikk...ngirit lagiiii 1000 yen... (kata ibu) lumayann!!!

Wednesday, January 25, 2006

Lunch Out with Ide Sensei and Aunty Chie

We promised Ide Sensei and his wife long ago to taste Indonesian Food. It's not that Ibu did not want to cook or we were reluctant to invite them to have lunch at our apato, but Ayung Teras is a nice place to hang out and to get good beer for Ide Sensei.


On Saturday, January 14 we met at Yokohama Station at 12.00 and arrived at Shibuya around 12.50. It was a cloudy day and the rain even started to fall when we walked from Shibuya station to the restaurant. Luckily we reserved 6 seats so that we did not have to wait very long.

Ide Sensei and Aunty Chie ordered gulai kambing (mutton curry) and gado-gado (Indonesian salad), nasi goreng ikan asin (salty fish fried rice). Aji and Ibu ordered plecing kangkung, tempe goreng, udang balado and kerupuk udang. Hmmm...we just could not describe to you how tasty-delicious-oishii the food was. Surprisingly Ide Sensei and Aunty Chie enjoyed the gulai kambing with Indonesian rice so much that to their confession they ate more rice than they usually do.



It's the first time for Ide Sensei to taste Indonesian rice and kopi tubruk .Aunty Chie went to Odaiba festival several months ago and had a chance to try out Indonesian food . Moreover, whenever aunty Chie came to our apato to study English, Ibu let her taste the food Ibu cooked.



Unfortunately Ide Sensei had to attend a workshop in Tokyo so that he left the restaurant earlier despite the heavy rain.

Aji, ibu, Wisnu, Akira and Aunty Chie stayed until around 2.30. We had pisang goreng, chocolate cake , strawberry puding for dessert. Aunty Chie said Ide Sensei enjoyed the food very much and wish to go back there!

Sunday, January 22, 2006

Wishes do come true

For Yokohama residents, snow does not represent winter. Why? Yokohama's climate is always mild compared to other parts of Japan. In the winter, the temperature only ranges between 10-15 degrees Celsius with occasional snowfall. Last year there was only a little snow for one day in December. Eventhough the winter this year has been colder and windier, there was no clear sign that there would be any snow falling.

But, to everybody's surprise...this is what we saw for at least two consecutive days on January 21 and 22.


Since we got back from our Urasa, Wisnu has been looking forward to playing with the snow. He said many times, " Ibu, Wisnu (mau) main salju --(Ibu, I want to play with the snow)". And Ibu would ask , " Where?" , and Wisnu confidently would say " Yokohama", eventhough Ibu would reply ,"There is no snow in Yokohama, dear". To his disappointment, he could only watch the snow from TV.

Until this Saturday, when Ibu was about to go back to sleep at 6.00 a.m after some typing work in the computer, Ibu saw the roof of the neighboring houses turn white. Ibu thought there was something in her eyes, so she approached the window and found out that the snow was really falling!!!

Ibu rushed to the bedroom and woke aji up so that he could take some pictures of this rare phenomenon. Aji thought that Wisnu would be happy to see this eventhough he would still be too sleepy to rejoice. So then aji whispered to wisnu "Nu, the snow is falling!". Wisnu opened his eyes and Aji took him out of the bedroom to see through the kitchen's window that the snow was really falling. We even opened the window and smell the snowfall...

We were all too excited to enjoy this view ourselves that we c-mailed some friends and their reactions were: "OK, thank you" , ":)", "It's my first snow!!!", "Wow". It's 6 o'clock in the morning and the snow is really falling.

Wisnu just could not wait to go out to play with the snow.Then Aji decided to take Wisnu along for shopping so that Wisnu could go out and touch the snow he has been dreaming of. Ibu hardly asked Wisnu to finish his breakfast as he kept saying to aji," Aji, yok (let's go)" and ran around the house chasing after Aji and rushed Aji to go out.

Well, Wisnu had several minutes to play with the snow before the bus going to the Wadamachi market came. He seemed so delighted.

Perhaps Wisnu would say, " Who says that there is no snow in Yokohama?". Indeed.

Wednesday, January 18, 2006

Paket pos 3 hari berturut-turut

Sepertinya minggu ini, minggu yang paling menyenangkan. Bayangkan, 3 hari berturut-turut kami menerima paket pos.

Hari senin, siang... ada paket dari Wawa Fia. Isinya? pesanan batik dan pernak-pernik untuk cinderamata para sahabat non-Indonesia di Jepang sebelum kami akan kembali ke Indonesia. Tapi bukan cuma itu...Wisnu dan Akira kebagian kaos yang lucu. Dan Wisnu , tentu langsung minta dipakaikan baju baru. Yang lebih hebat lagi, Wisnu bersedia makan dengan sangat hati-hati supaya tidak menodai baju barunya! Padahal..sehari-hari...sudah pakai slubber aja, masih pake tumpah dan berceceran kemana-mana.

Hari selasa, pagi jam 10.30 ada kotak besar datang dari Chiba. Tante Niken sempet-sempetnya....ngirim apel besar-besar, mikang, sawi putih, tempe (yang ibu impi-impikan), tsukemono, teh hijau!!! Wisnu langsung kebingungan mau makan apel atau jeruk terlebih dahulu..karena dua-duanya kelihatan segar dan pas sekali untuk desert setalah makan pagi.

Hari ketiga, ini juga kejutan. Ternyata aki dan nini mengirim kentang kering dan nastar ..!!!! Yummy....!!! Walaupun nastarnya hancur karena toplesnya pecah, tapi Wisnu, aji dan Ibu berebutan makan nastar dan remahannya. Benar-benar senang rasanya!!!

Ahhh...kejutan kecil itu memang menyenangkan! Terimakasih semuanya!!!

Tuesday, January 17, 2006

Under Construction



Our family site is under heavy construction... We apologize for the inconveniences we may have caused, but we value highly your inputs during this process. Please do stop by and drop us some lines...

Friday, January 13, 2006

Ulang Tahun Nini

Hari ini, nini berulang tahun yang ke-67. Jam 9 pagi waktu Yokohama ibu menelepon Nini yang sudah pasti menunggu-nunggu telepon dari semua anak cucunya.

Wisnu belum bisa mengucapkan "Selamat Ulang Tahun", tapi malah bilang... "wisnu emam pake kecap, teyo (telur)" dan nini sudah cukup senang mendengar ocehan Wisnu yang tidak ada hubungannya dengan ucapan selamat.

Nini sudah tidak sabar katanya ingin bertemu Wisnu dan Akira...!! Sabar ya, ni... masih sekitar 2 bulan lagi kami boyongan pulang ke Jakarta.

Thursday, January 12, 2006

Ibu ! Wis-nu (Ibu: Let me do it myself!)

Belakangan ini, yang namanya Wisnu minta ampunn keras kemauannya. Dengan kata lain, dia punya kemauan sendiri: baju mana yang mau dipakai, apa yang mau dilakukan, apa yang mau dimakan, gelas/mangkuk mana yang mau dipakai untuk makan/minum, mau duduk di mana.

Situasi macam begini, efektif sekali untuk latihan nafas (karena Ibu sampai harus berkali-kali menghela nafas panjang). Segala upaya dari membujuk, menunggu beberapa saat, minta dukungan aji untuk ikut membujuk seringkali berbuntut...tetep aja keukeuh maunya wisnu sendiri. Kalo udah begitu, apapun juga tidak mempan untuk mengalahkan teriakan wisnu yang berbunyi "NO" atau " NGGAK" .

Itu cerita pahitnya.

Cerita manisnya?
Wisnu sedang semangat mencoba melakukan semua hal dengan upaya sendiri.

1. Pakai baju sendiri
Walaupun kadang masih terbalik, atau tangannya salah masuk ke lubang kerung leher.



2. Sikat gigi sendiri
yang ini sih masih harus ditemani, kalau nggak...alamat odolnya diisap dan ditelan.




3. Membuka sepatu sendiri, plus menaruhnya di tempat sepatu
Kalau pulang dari bepergian, Wisnu maunya buka sepatu sendiri; tapi giliranmau pergi mah..masih harus dipakaikan karena terlalu lama sehingga bisa-bisa kami ketinggalan bis yang datangnya selalu tepat waktu.

4. Naik tangga sendiri, tidak mau dipegangi.
Padahal tangga di apato kita tidak ada pegangannya. Padahal hati ibu masih ketar-ketir liat cara wisnu merayapi tangga, tapi aji selalu menguatkan "biar, coba sendiri"


5.Minum dan makan sendiri
Ini sih apalagi kalo makan yogurt, sup, bubur kacang hijau, puding, minum teh manis..uhhh mana mau disuapin (takut diminta ngkali!)

6. Menyuapi Akira
Akira suka jadi gelagepan..abis bli Wisnu kalo nyuapin semangat sekali, sendoknya penuh dan belum habis makanan yang dimulut Akira sudah disendoki lagi.

Yah..semua itu bagus kan? Belajar mandiri.

Tapi.... ibu juga serba salah kalo lagi mecahin telur, Wisnu bergegas lari menghampiri ibu dan berkata "WIS-NU" yang berarti Wisnu mau mengocok telur dan akan menepiskan tangan ibu. Selain itu kalo mengupas telur, Wisnu wajib ingin ikut --walau hasilnya itu telur jadi hancurrr..... Dan yang paling susah untuk dilarang soal cuci piring-- kalo Wisnu turun tangan, alamat dapur bakalan banjirrr....!!!

Tapi ya tapi lagi... namanya anak sendiri, lagi belajar, lagi bereksperimen, masak mau dimarahin? Resiko rumah jadi acak adul rasanya masih bearable dibanding kehilangan kesempatan dan kemauan untuk berkreatifitas dan berinisiatif.

Arghh..ini baru Wisnu lho, belum ditambahin Akira dan si junior....!!!!

Thursday, January 05, 2006

Trip to Yukiguni-- the snow country


January 2 we left Yokohama for Urasa, the eastern end of the Nigata perfecture. It took us 10 minute by bus to Yokohama station, then 42 minutes by Keihin Tohoku Line to Ueno. But that's not the end...as from Ueno we had to go to Takasaki (112 minutes), Minakami (63 minutes) before we got to Urasa (70 minutes). We started at 8.18 from Yokohama and got at Urasa at around 3 pm!!!


Eventhough it was possible to get to Urasa in 90 minutes from Tokyo by Shinkansen ( 8,170 yen for one way ticket perperson), but we decided to bear the pain changing trains several times as we had only to pay 10,200 for 2 roundtrip tickets for ibu and aji using the 18 kippu (juhachi ticket)which is only available during the summer or winter holiday. With such ticket a person is free to go by any JR train to any part of Japan for 5 days or 1 ticket can be used by 5 people within 24 hours to go all over Japan. If we were to pay normal rate to go to Urasa from Yokohama, we might have to spend 4430 yen for one way ticket per person.

Why did we choose Urasa? Because... there are some Indonesian friends living and studying there--at International university of Japan. It happens that there are also ski resorts in Urasa and those Indonesian friends have access to the IUJ ski's equipment so that we need not rent the ski equipment and got free accomodation at the dorm .

In the winter Urasa is covered by two to three meters of snow. This is the prime reason why this place is also called Yukiguni ( Snow Country). The snow can last upto 4 months and people from all over Japan come to this part for enjoying skiing and snowboarding. Urasa is famous for its ski school although many people say it's not the best ski resort in Japan.

For us--the 21 coming from Yokohama, Odaiba and Honjo ... Urasa offers more than chances to touch the snow, but also to build friendship among our fellow Indonesians.



Wisnu was so excited to play with Hikari in the snow that he did not want to stop although his cheeks had turned red and the snow storm blew so hard.

Akira stayed inside the resort with Ibu having his own good time surrounded by Aji's friends who took turn holding and hugging him. We left the ski resort at 4.30 and got stuck in the heavy traffic jam for 3.5 hours as all the cars left the area at the same time.

We left Urasa on Wednesday morning. When we got to Urasa station we found out that the JR train was halted due to the bad weather. There was only one way to go-- by Shinkansen to Takasaki, the nearest station by 4250 yen for one person!! What can we say? It was the only train operating!

Wisnu seemed to enjoy taking the Shinkansen although he had to stand up as the train was so full. The good thing is from Takasaki we could take the Shonan Shinjuku Line directly to Yokohama with that 18 kippu.(18 ticket).

When we were in the bus heading to our apato, Wisnu sadly cried out "ibu, main salju" as he realized that we were back at yokohama where he can not find snow. Oh dear, maybe next time you could play again with the snow... maybe not in Urasa...